Rabu, 11 April 2012

Mendengarkan Merupakan Hal yang Susah Dilakukan

 Gue paling sebel kalo lagi ngomong gak didengerin sama orang2,padahal waktu orang2 ngomong gue berusaha buat ndengerin apa yg mereka omongin,tapi kenyataannya malah sebaliknya waktu gue ngomong. Dari situ gue membuat suatu persepsi bahwa mendengarkan lebih susah daripada ngomong. Okelah sekali bisa diingetin kalo emng pada berisik waktu ada orang yg lg ngomong, tapi gak lama pasti berisik lagi. Walaupun diingetin beberapa kali juga bakal susah buat ngarahin orang2 biar mau ndengerin orang yg lagi ngomong didepan mereka.

Padahal kalo dirasain, ngomong didepan umum trs gak didengerin itu bakal lebih menyakitkan daripada kena penyakit jantung. Kalo aja setiap orang bs mikirin hal itu pasti bakal banyak orang yang pandai untuk mendengarkan, termasuk WAKIL RAKYAT.

ini ada sebuah referensi yang bisa gue ambil tentang seni mendengarkan.




Mendengarlah dengan sabar, maka kita akan menemukan banyak hikmah dari yang disampaikan orang lain kepada kita. Meski pepatah mengatakan begitu, tetapi dalam kehidupan sehari-hari, yang terjadi adalah: Kebanyakan orang lebih suka “berkoar” ketimbang “mendengar.” Banyak orang bisa “berkata”, namun sedikit yang mau “menyimak.”

Padahal jika kita mau kembali ke hukum alam, seharusnya kita harus lebih banyak mendengar daripada bicara. Bukankah Tuhan memberi kita dua telinga dan hanya satu mulut? Begitu pun jika kita saksikan pada bayi yang baru lahir. Indra pendengaran lebih dulu berfungsi daripada yang lainnya. Lalu, mengapa mendengar lebih susah daripada berbicara?  

Meski secara kasat mata mendengar adalah hal yang gampang, namun nyatanya banyak orang yang lebih suka didengarkan daripada mendengarkan. Mendengarkan merupakan bagian esensi yang menentukan komunikasi efektif. Tanpa kemampuan mendengar yang bagus, biasanya akan muncul banyak masalah. Yang sering terjadi, kita merasa bahwa kitalah yang paling benar. Kita tidak tertarik untuk mendengarkan opini yang berbeda dan hanya tergantung pada cara kita. Selalu merasa benar, paling kompeten, dan tidak pernah melakukan kesalahan.

Jika kita selalu merasa bahwa diri kita benar, dan cara kitalah yang paling tepat, itu berarti kita tidak pernah mendengarkan.Selalu beranggapan, ide dan opini kita sangat sukar untuk diubah jika fakta tidak mendukung keyakinan kita. Bahkan kalau ada fakta pun kita mungkin hanya akan sekadar meliriknya saja.Mungkin saat ini kita nyaman dengan cara kita, tapi untuk jangka waktu yang panjang, orang-orang akan menolak dan membenci kita.

Jika kita mau mulai mendengarkan orang lain, maka suatu saat kita akan menyadari kesalahan kita. Jawaban untuk mengatasi sifat ini adalah mengasah skill mendengar aktif. Mendengar tidak selalu dengan tutup mulut, tapi juga melibatkan partisipasi aktif kita. Mendengar yang baik bukan berharap datangnya giliran berbicara.

Pakar komunikasi-marketing Asian Brain Anne Ahira mengatakan, mendengar adalah komitmen untuk memahami pembicaraan dan perasaan lawan bicara kita. “Ini juga sebagai bentuk penghargaan bahwa apa yang orang lain bicarakan adalah bermanfaat untuk kita. Pada saat yang sama kita juga bisa mengambil manfaat yang maksimal dari pembicaraan tersebut,” ungkap CEO PT Asian Brain Internet Marketing Center ini.
.
Seni mendengar dapat membangun sebuah relationship. Jika kita melakukannya dengan baik, menurut Anne, orang-orang akan tertarik dengan kita dan interaksi kita akan semakin harmonis.

Berikut teknik mudah yang dapat dipraktikkan dengan sangat wajar untuk menjadi seorang pendengar yang baik:

  1. Peliharalah kontak mata dengan baik. Ini menunjukkan kepada lawan bicara tentang keterbukaan dan kesungguhan kita.
  2. Condongkan tubuh ke depan. Ini menunjukkan ketertarikan kita pada topik pembicaraan. Cara ini juga akan mengingatkan kita untuk memiliki sudat pandang yang lain, yaitu tidak hanya fokus pada diri kita.
  3. Buat pertanyaan. Ketika ada hal yang butuh klarifikasi atau ada informasi baru yang perlu kita selidiki dari lawan bicara kita, jangan sungkan untuk mengajukan pertanyaan.
  4. Buat selingan pembicaraan yang menarik. Hal ini bias membuat percakapan lebih hidup dan tidak monoton.
  5. Cuplik atau ulang beberapa kata yang diucapkan oleh lawan bicara kita. Ini menunjukkan bahwa kita memang mendengarkan dengan baik hingga hapal beberapa cuplikan kata.
  6. Buatlah komitmen untuk memahami apa yang ia katakan, meskipun kita tidak suka atau marah. Dari sini kita akan mengetahui nilai-nilai yang diterapkan lawan bicara kita, yang mungkin berbeda dari nilai yang kita terapkan.

Dengan berusaha untuk memahami, bias jadi kita akan menemukan sudut pandang, wawasan, persepsi atau kesadaran baru, yang tidak terpikirkan oleh kita sebelumnya.
Seorang pendengar yang baik sebenarnya hampir sama menariknya dengan pembicara yang baik. Jika kita selalu pada pola yang benar untuk jangka waktu tertentu, maka suatu saat kita akan merasakan manfaatnya.
Prosesnya mungkin akan terasa lama dan menjemukan, tapi lama-kelamaan akan terasa berharganya upaya yang telah kita lakukan. Kita akan merasa lebih baik atas diri kita, hubungan kita, teman-teman kita, anak-anak kita, maupun pekerjaan.

Kesimpulannya, jadilah pendengar yang baik, karena sifat ini bisa menjadi kunci untuk mengembangkan pikiran yang positif, dan merupakan salah satu tangga untuk mencapai kesuksesan.

http://obyektif.com/artikel/read/seni_mendengarkan/

Tidak ada komentar: